Kamis, 11 Oktober 2018

Makalah Perencanaan Pengajaran


Perencanaan Pengajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Permasalahan
Satu mata kuliah juga merupakan bagian dari kurikulum suatu lembaga pendidkan,yang mempunyai peran atau kedudukan tertentu dalam pendidikan tersebut. Perencanaan pengajaran termasuk kelompok mata pelajaran proses belajar-mengajar yang membahas prinsip-prinsip dan cara-cara merencanakan pengajaran suatu mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu.
Setiap kegiatan selalu berisi tiga langkah persiapan, perencanaan, dan pengajaran, dan evaluasi. Persiapan atau perencanaan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan, berisi berbagai upaya mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan. Sesuai dengan besar kecilnya kegiatan serta kegiatan serta kebiasaan atau cara orang mengerjakannya, ada rencana yang dilakukan dengan cepat, sepintas, dan tanpa rencana tertulis, tetapi ada pula perencanaan yang membutuhkan waktu lama, pengerjaan yang seksama oleh banyak orang dan didokumentasikan secara tertulis. 
 Sehubungan dengan apa yang telah masalah dipaparkan diatas, maka melalui Laporan Buku ini penulis ingin membahas beberapa permasalahan yang erat kaitannya dengan perencanaan pengajaran,yaitu:
1.      Bagaimanakah bentuk program perencanaan pengajaran yang harus dilakukan oleh pendidik atau guru?
2        Prinsip dan teori yang bagaimankah yang menjadi dasar dalam pengajaran?
3.      Apakah hal-hal pokok dalam proses belajar mengajar?

Semua pertanyaan atau permasalahan tersebut akan dipecahkan melaui pembahasan buku “Perencanaan Pengajaran” karya R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, terutama melaui pembahasan dari Bab dan Sub-bab yang berkaitan dengan permasalah tersebut.
Buku karya R. Ibrahim dan Nana Syaodih S  ini tebalnya adalah 139 halaman merupakan buku edisi revisi dan cetakan ketiga tahun 2010. Buku ini membahas secara detail dam mendalam mengenai pendekatan, teori dan prinsip yang mendasar dalam perencanaan pengajaran.

B.   Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Laporan Buku (book report) ini diharapkan dapat menjawab semua permasalahan yang telah dikemukakan dalam bagian pendahuluan di atas dan kemudian menjadikannya sebagai suatu yang dapat memperkaya pengetahuan penulis tentang bagaimana menjadi seorang guru yang professional yang mampu mendidik dan mengajar peserta didik dan mengantarkannya ke masa depan yang bermakna.
Disamping itu tujuan penulisan laporan Buku ini adalah untuk memenuhi tugas perkuliahan semester VIII (delapan) tahun akademik 2010/2011dalam mata kuliah curriculum development yang dibimbing oleh Prof.Dr.Syafruddin Nurdin, M.Pd.






























BAB II
MATERI POKOK YANG DIBAHAS
A.   Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pengajaran termasuk kelompok mata pelajaran proses belajar-mengajar yang membahas prinsip-prinsip dan cara-cara merencanakan pengajaran suatu mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu. Setiap kegiatan selalu berisi tiga langkah persiapan, perencanaan, dan pengajaran, dan evaluasi. Persiapan atau perencanaan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan, berisi berbagai upaya mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan. Sesuai dengan besar kecilnya kegiatan serta kegiatan serta kebiasaan atau cara orang mengerjakannya, ada rencana yang dilakukan dengan cepat, sepintas, dan tanpa rencana tertulis, tetapi ada pula perencanaan yang membutuhkan waktu lama, pengerjaan yang seksama oleh banyak orang dan didokumentasikan secara tertulis.
Pengajaran merupakan suatu kegiatan atau upaya membantu para siswa mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu. Kegiatan pengajaran tidak sederhana berjala-jalan atau membeli sepatu, walaupun tidak sekompleks membangun sebuah kota, tetapi kegiatan ini membutuhkan perencanaan yang seksama dan dibuat secara tertulis. Secara garis beasr, perencanaan pengajaran mencangkup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan apa yang dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan bahan, serta media atau alat apa yang akan diperluakan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran tersebut.
Tujuan-tujuan tersebut adalah:
a.       Para mahasiswa mengusai konsep-konsep dasar proses belajar-mengajar serta beberapa teori dan prinsip yang mendasari proses belajar-mengajar.
b.      Para mahasiswa mengusai konsep-konsep perencanaan pengajaran, yang meliputi konsep perumusan tujuan-tujuan pengajaran, penentuan cara dan alat evaluasi, penetuan materi, dan kegiatan belajar-mengajar, serta media/alat pengajaran.
c.       Para mahasiswa mampu menyusun rencana pengajaran baik yang terjangka agak panjang (satu caturwulan) maupun yang berjangka pendek (beberapa jam pelajaran).
Tujuan-tjuan di atas dapat dijadikan pedoman dan criteria umum oleh para mahasiswa dalam menilai penguasaan bahan perkuliahan ini.

Perencanaan pengajaran memberikan konsep-konsep dasar serta ketentuan-ketentuan praktis tentang cara menyusun rencana atau persiapan mengajar serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran. Sebelum seorang guru atau calon guru menyusun program semester/caturwulan atau pun persiapan mengajar untuk suatu pokok bahasan, terlebih dahulu ia harus menguasai bagaimana cara merumuskan tujuan, alat evaluasi, bahan, cara mengajar serta mendia/alat

B.     Teori Dan Prinsip- Prinsip Yang Mendasari Pengajaran

Pengajaran berintikan interaksi antara guru dan siswa. Dalam interaksi tersebut guru melakukan kegiatan yang disebut mengajar, sedangkan siswa melakukan kegiatan yang disebut belajar. Oleh karena itu, interaksi guru dengan siswa dalam pengajaran ini disebut juga dengan proses belajar mengajar. Banyak macam cara atau bentuk pengajaran yang biasa digunakan oleh guru-guru didalam kelas seperti pengajaran yang menekankan latihan, hapalan, pengulangan, pemahaman dan sebagainya. Cara atau bentuk pengajaran, bersumber dari teori atau konsep psikologi tertentu.
Ada bebarapa prinsip yang mendasari pengajaran;
1.      Rumpun Psikologi Mental
Rumpun teori ini disebut psikologi mental kerena menurut pandangan ahli psikologi, individu atau siswa mempunayi kekuatan atau kemampuan yang bersifat mental atau rohaniah. Dalam rumpun ini ada 3 teori psikologi yang terkenal dan banyak berpengaruh terhadap pelaksanaan pengajaran, yaitu;
a.       Psikologi daya
Menurut psokologi daya, individu atau siswa memiliki sejumlah daya atau kekuatan, seperti daya mengindera, mengenal, mengingatt, menanggap, menghayal, berfikir, merasakan, menilai dan berbuat.daya- daya itu dapat dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengamati benda, gambar, mendengarkan bunyi dan suara, mengingat kata, arti kata, dan letak sesuatu kota dala peta. Latihan- latihan ini dilakukan melalui berbagai bentuk pengulangan. Dalam pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga,, guru-guru banyak menggunakan metode ini.
b.      Psikologi Tanggapan
Teori kekuatan mental yang lain adalah psikologi tanggapan atau vorstellungen. Karena pengembangan teori ini adalah sorang ahli psikologi berasal dari jerman bernama herbart, maka psikologi ini disebut juga Herbatisme. Herbart menyebutkan teorinya sebagai vorstellungen, yang dapat diterjemahkan sebagai tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Sitiap pengalaman, apakah diterima melalui penglihatan, pendengaran, peradaban, dibaca, dipikirkan, dilakukan, dan sebagainya. Akan memberikan bekas didalam didalam kesadaran. Bekas-bekas ini dapat dimunculkan kembali dalam bentuk tanggapan. Ada 3 bentuk tanggapan, yaitu: impresi, indra, tanggapan,atau bayangan dari inpresi indra yang lalu, dan perasaan yang menyertai impresi atau tanggapan tersebut, seperti senang atau tidak senang.dalam pelaksanaan pengajarannya, guru yang menggunakan metode mengajar tanggapan, memilih dan menyusun bahan ajaran secara sederhan, menyajikan secara menarik, dan berulang-ulang, kait-mengait antara yag satu dengan yang lain.
c.       Psikologi Naturalisme Romantik.
Teori ini berasal dari Jean J.Rousseau. Menurut Rousseau anak memiliki potensi atau kekuatan atau potensi yang masih terpendam, yaitu potensi berfikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang, mencari, dan menemukan senidiri apa yang diperlukannya. Melalui berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Berbeda dengan teori-teori lain, menurut Rousseau anak tidak usah terlalu banyak diatur dan diberi, biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab menurut dia anak dapat berkembang sendiri.
  
2.      Rumpun Psikologi Behaviorisme.
Rumpun psikologi ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan behavior, yaitu tingkah laku atau prilaku yang dapat diamati dan diukur. Rumpun psikologi ini bersifat molecular atau unsuriah, karena memandang kehidupan individu manusia tediri atas unsure-unsur seperti halnya molekul-molekul. Ada beberapa cirri dari rumpun psikologi ini, yaitu:
·         Mengutamakan unsure-unsur atau bagian-bagian kecil
·         Bersifat mekanistis
·         Menekankan peranan lingkungan
·         Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
·         Menekankan pentingnya latihan.
Ada 3 teori belajar yang terpenting dalam rumpun psikologi behaviorisme ini, yaitu:
1)      Psikologi Asosiasi
Psikologi asosiasi atau koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme. Menurut psikologi ini tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan antara rangsangan dengan jawaban stimulus-respons. Belajar adalah pembentukan stimulus-respons sebanyak-banyaknya.siswa yang mengusai hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan atau latihan. Dengan demikian teori ini memiliki banyak persamaan dalam cara mengajarnya dengan teori Psikologi Daya atau Herbatisme. Keduanya menekankan latihan dan ulangan-ulangan.
2)      Psikologi Conditioning
Psikologi conditioning, merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme. Menurut teori ini belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu prilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, belajar, bekerja, bertegur sapa dengan orang lain, dan sebagainya, terbentuk karana pengkondisian. Mengajar menurut teori ini merupakan kebiasaan, mengulang-ngulang suatu perbuatan sehingga menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi juga oleh stimulus peserta.
3)      Psikologi Penguatan
Psikologi penguatan atau Operant Conditioning, juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan conditioning. Kalau pada conditioning yang diberi kondisi adalah stimulus, sedangkan pada teori penguatan yang dikondisi atau yang diperkuat adalah responsnya.

3.      Rumpun Psikologi Kognitas Gestalt
Rumpun kognitif gestalt bersifat molar atau menekankan keseluruhan yang terpadu. Menurut para ahli teori ini, alam, kehidupan manusia, berprilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu perpaduan. Ada 3 teori yang terkenal dalam rumpun ini, yaitu:
1.      Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt berkembang di Jerman dengan pendiri utamanya adalah Max Wherterimer. Perkataan Gestalt dalam bahasa Jerman berarti suatu konfigurasi, pola, kesatuan, atau keseluruhan. Psikologi Gestalt memang prinsip utamanya memekankan keseluruahn atau perpaduan. Keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian. Suatu keseluruhan membentuk suatu kesatuan yang bermakna. Menurut teori Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhanbaru kemudian kepada bagian-bagian. Dalam belajar, siswa harus mampu menangkap makn dari hubungan antara bagian satu dengan yang lainnya. Penangkapan makna hubungan inilah yang disebut memahami, mengerti atau insight. Teori Gestalt sangat menekankan insight. Ada suatu hokum yang sangat terkenal dalam teori Gestalt yaitu hokum Pragnanz yang kurang lebih berarti,”teratur, seimbang, atau harmonis”. Belajar merupakan upaya untuk mencari dan menemukan Pragnanz, keteraturan, keharmonisan, dari sesautu yang dipelajari. Untuk menemukan prananz
Menurut Ernest Hilgard ada 6 ciri dari belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:
·         Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar
·         Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu
·         Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi
·         Pemahaman didahului oleh usaha-usaha coba-coba
·         Belajar dengan pemahaman dapat diulangi
·         Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi opemahaman situasi lain.

2.      Psikologi Kognitif
Teori ini lebih menekankan pada proses mengetahui (knowing), yaitu mengemukakan cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat dalam upaya mencari dan menemukan pengetahuan. Psokologi kognitif mempunyai hubungan erat dengan psikologi Gestalt sebab menekakan proses mental  terutama proses berfikir. Pemahaman atau insight juga merupakan proses berfikir. Teori ini tidak mengabaikan prilaku, sebab prilaku merupakan proses berpikir. Individu atau siswa mempunyai struktur mental atau organisasi mental (mental structure or mental organization), pengetahuan-pengetahuan yang telah memiliki rangsangan-rangsangan/pengetahuan yang baru diterima, disatukan atau diorganisasikan dalam struktur mental tersebut. Salah satu struktur mental tersebut adalah struktur kognitif. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak memiliki kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar-mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mancari, dan menemukan fakta, menganalisis, membuat interpretasi serta menarik kesimpulan.
Psikologi kognitif berbeda dengan Behaviorisme yang memandang moral sebagai upaya untuk berpikir dalam menilai apakah sesuatu perbuatan baik atau jahat. Perkembangan moral berkenaan dengan perluasan atau peningkatan struktur organisasi nilai (bagian dari structural mental) pada seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan moral.
3.      Psikologi Medan
Psikologi Medan atau field Theory, pada prinsipnya sama dengan Gestalt, menekankan keseluryhan dan keterpaduan. Menurut teori ini individu selalu dalam suatu medan atau suatu lapangan lapangan (yaitu lapangan fenomenal atau lapangan psikologis). Dalam medan ini ada suatu tujuan yang dicapai individu, tetapi untuk mencapai selalu ada hambatan. Individu memiliki suaytu dorongan atau motif dan berusaha untuk mengatasi hambatan. Apabila individu berhasil mencapai tujuan. Maka ia masuk kedalam medan atau lapangan fenomenal baru yang di dalamnyanterbentuk tujuan baru dengan hambatan-hambatan baru dan motif yang baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk kemedan berikutnya.
Dalam merencanakan suatu pengajaran, menurut teori Medan, tujuan harus dipilih yang bermakna bagi siswa dan dirumuskan sejelas mungkin. Bahan dan tugas-tugas harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Disamping penggunaan strategi dan media belajar yang tepat, motivasi dan pembimbingan siswa memegang peranan penting dalam meningkatkan upaya belajar siswa.    

4.      Prinsip-Prinsip Pengajaran
Ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum diantaranya:
a)      Prinsip Perkembangan
Siswa yang diajar di kelas sedang berada dalam proses perkembangan, dan akan terus berkembang. Sehubungan dengan perkembngan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-beda. Anak pad jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi, memiliki kemampuan lebih tinggi dari yang di bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-kemampuan anak tersebut. Perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan ada yang lambat. Seorang guru hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu saat seorang siswa belum memperlihatkan kemajuan dan kemajuannya sangat lambat.
b)      Prinsip Perbedaan Individu
Tiap orang mahasiswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya masing-masing juga berbeda. Dengan demikian adalh wajar apabila setiap siswa memiliki ciri tersendiri. Guru perlu mengerti benar tentang adanya keragaman cirri-ciri siswa ini. Baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalm memberikan tugas dan bimbingan, guru hendaknya menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam model pengajaran berprogram atau modul, penyesuaian pelajaran dengan perbedaab individu ini sepenuhmya dapat dilakukan, karena cara belajar individual. Dalam pengajaran yang bersifat klasikal, seperti yang umumnya dilaksanakan di sekolah-sekolah, penyesuian pelajaran dengan perbedaan individu ini terbatas sekali.
Pengajaran yang bersifat klasikal ini dapat disempurnakan dengan cara-cara sbb:
·         Dalam belajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi.
·         Hendaknya digunakan alat dan media dalam pengajaran.
·         Hendaknya guru memberikan bantuan dan bimbingan khusus kepada anak-anak yang lambat atau kurang pandai.
·         Hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai untuk mengimbangi kepandaiannya.
·         Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.

c)      Minat Dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri.anak di kota berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak desa, di daerah pantai berbeda dengan pegunungan. Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.walau pun hamper tidak mungkin menyesuaikan pengajaran minat dan kebutuhan setiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yamg menarik minat dan kebutuhan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
d)     Aktivitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagi pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang di kerjakan hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembanhannya, serta bermanfaat bagi masa depannya. Metode-metode yang banyak mengaktifkan siswa, diantaranya adalah metode: diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi pemechan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.
e)      Motivasi
Motif atau busaa disebut juga dorongan atau kebutuhan merupakan sesatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Motif memiliki peranan yang cukup besar didalam upaya belajar. Ada beberapa upaya yang dilakukan guru untuk membangkitkan belajar para siswa:
·         Menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi
·         Memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa
·         Memberikan sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas.
·         Memberikan kesempatan untuk sukses.
·         Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
·         Adakan persaingan sehat.


C.    Beberapa Hal Pokok Dalam Proses Belajar-Mengajar
Agar pelaksanaan pengajaran berjalan efesien dan efektif maka diperlakukan perencanaan yang tersusun secara sistematis, dengan proses belajar-mengajar yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta dirancang dalam suatu scenario yang jelas.
1.      Interaksi Belajar-Mengajar
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dan siswa. Dalam interaksi ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan belajar-mengajar ini bukan merupakan dua hal yang terpisahkan tetapi bersatu, dua hal yang menyatukan adalah interaksi tersebut.
Interaksi belajar-mengajar di sekolah, merupakan interaksi berencana. Secara umum, yang meenjadi rencana pengajarannya adalah kurikulum, sedangka secara khusu rencana pengajaran ini adalah Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan satuan Satuan Pelajaran.
2.      Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Siswa.
Seperti telah di uraikan sebelumnya bahwa dari sudut siswa, pengajaran berarti belajar. Belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai-nilai siswa, baik kemampuan intelektual, social, afektif, maupun psikomotor.
a.       Macam-macam Keterampilan Intelektual
Gagne (1970), membedakan macam-macam belajar, dari keterampilan intelektual yang terkandung didalamnya. Ia mengemukakan 8 tipe keterampilan intelektual dalam belajar, yaitu:
§  Belajar tanda-tanda atau signal learning
§  Belajar hubungan stimulus-respons
§  Belajar mengusai rangkaian hal.
§  Belajar hubungan verbal
§  Belajar membedakan atau discrimination learning
§  Belajar konsep-konsep
§  Belajar aturan/hokum atau rule learning
§  Belajar memecahkan masalah atau problem solving learning

b.      Belajar Menerima, Menghafal, Diskaveri, dan Bermakna.
Ausuble dan Robinson (1969), mengemukakan adanya 4 macam belajar menerima dengan lawannya belajar diskaveri, dan menghapal dengan lawannya dan belajar bermakna.
c.       Belajar di Sekolah dan di Luar Sekolah
Kegiatan-kegiatan belajar yang diutarakan pada uraian dapat berlangsung di sekolah, dan dapat pula di luar sekolah.
d.      Belajar Secara Klasikal, Kelompok, dan Individual
Kegiatan belajar dapat berlangsung secara klasikal, kelompok, maupun individual. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau mengahapal pada umumnya diberikan secara klasikal. Kegiatan belajar yang lebih mengaktifkan siswa berlangsung secara kelompok atau individual.
e.       Belajar Teori atau Praktek.
Apa yang dipelajari oleh siswa dapat berkenaan dengan suatu teori, tetapi dapat juga menyangkut kegiatan praktek. Dalam kegiatan belajar yang bersifat praktek umumnya para siswa  belajar secara aktif, bukan saja aktif secara jasmaniah tetapi juga secara rohaniah, belajar tidak hanya bersifat menerima tetapi juga memberi atau berbuat, tidak menghapal tetapi menangkap arti.

3.      Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Guru
Kegiatan belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak bias dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar.
a.       Mengajar Secara Ekspositori
Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori, adalah:
§  Metode Ceramah
Dalam pelaksanaan mengajar, guru menceramahkan atau menyampaikan bahan ajaran sesuai dengan sistematika yang telah disusun. Untuk memperjelas bahan, guru dapat memberikan contoh-contoh atau menerangkan dengan alat peraga.
§  Metode Demonstrasi
Metode ini dapat digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk mengajarkan sesuatu bahan ajaran yang memerlukan peragaan,atau sebagai metode pelengkap dari metode ceramah. Hal-hal yamg akan didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa hendaknya dituliskan secara rinci didalam rencana pengajaran.
b.      Mengajar dengan Mengaktifkan Siswa.
Beberapa halnya dengan kegiatan mengajar yang bersifat ekspositori, dalam pelaksanaan kegiatan mengajar mengaktifkan siswa, guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas.
§  Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab dapat dilaksanakan secara klasikal maupun secara kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru ataupun buku-buku sumber. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru hendaknya tercantum rencana pengajaran.
§  Metode Diskusi
Metode diskusi banyak persamaannya dengan tanya-jawab. Perbedaan utamanya terletak pada hal yang dibahas serta cara pembahasannya.
§  Metode Pengamatan dan Percobaan.
Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan, keduanya berisi kegiatan pengamatan atau observasi. Perbedaannya terletak pada objek yang diamati.
§  Metode Mengajar Kelompok
Metode mengajar kelompok atau secara singkat disebut metode kelompok, adalah suatu cara mengajar yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok.
§  Metode Latihan
Penggunaan metode latihan cukup luas, seperti latihan: pemecahan soal, olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja, dan lain-lain.
§  Metode Pemecahan Masalah
Merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena metode ini mencoba melihat dan memecahkan”masalah yang cukup kompleks” dan menuntut/mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
§  Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas bukan diajukan untuk menghukum atau mempersulit siswa, tetapi memperjelas, memperkaya, memperdalam bahan yang diberikan di kelas.

D.   Program Pengajaran dan Perencanaan
Perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran di sekolah dasar dan dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep teknologi pendidikan, khususnya pengajaran sebagi system.

A.    Pengajaran Sebagai Suatu Sistem
Konsep Pengajarn Sebagai Suatu Sistem.
Pengajaran sebagai suatu system merupakan suatu pendekatan mengajar yang menekakan hubungan sistematik antara berbagai komponen dalam pengajaran.
Hubungan sistematik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu-kesatuan.
B.     Perencanaan Program Pengajaran
Pelaksanaan program pengajaran benar-benar harus sesuai dengan yang telah di rencanakan (perencanaan program pengajaran).
a.       Program Untuk Jangka Waktu Agak Panjang.
Berdasarkan kurikulum 1984, di SLTP dan SLTA digunakan system/program belajar semester, sedang SD tetap digunakan system/program caturwulan satu. Kalau dalam program belajar semester satu tahun ajaran terbagi atas dua semester, maka dalam program caturwulan satu tahun terbagi atas tiga caturwulan. Perbedaan pembagian waktu belajar ini sudah tentu didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.
b.      Program untuk Jangka Waktu Singkat
Untuk pegangan mengajar didalam kelas. Dari program caturwulan ini masih perlu dijabarkan lagi program-program untuk masih perlu dijabarkan lagi program-program untuk jangka pendek, misalnya program untuk setiap pokok/satuan bahasan.

C.     Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan Program Pengajaran
Kurikulum khususnya GBPP, menjadi acuan utama di dalam penyusunan atau perencanaan suatu program perencanaan suatunprogram pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal-hal penting yang juga perlu diperhatikan.
a.       Kurikulum
Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum terutama GBPP-nya. Dalam GBPP telah tercantum tujuan instruksional, pokok bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut.
b.      Kondisi Sekolah
Perencanaan program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama tersedianya sarana-prasarana, dan alat bantu pelajaran.
c.       Kemampuan dan Perkembangan Siswa
Dalam menyusun atau merencanakan program pengajaran komponen siswa juga perlu perhatian. Untuk mengatasi variasi kemampuan siswa, maka guru perlu menggunakan metode atau bentuk kegiatan mengajar yang bervariasi.
d.      Keadaan Guru
Keadaan dan kemampuan guru sesumgguhnya tidak perlu menjadi hal yang perlu diperhatikan, sebab guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan dengan pelaksaan pendidikan dan pengajaran. Kalu pada suatu saat ia memiliki kekurangan, ia dituntut untuk segera belajar/meningkatkan dirinya. Bagi guru-guru yang pengalaman pengajajarannya masih sangat sedikit, kekurangan kemampuan pada guru juga perlu diperhatikan.














BAB III

PEMBAHASAN dan KESIMPULAN


Perencanaan pengajaran memberikan konsep-konsep dasar serta ketentuan-ketentuan praktis tentang cara menyusun rencana atau persiapan mengajar serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran. Sebelum seorang guru atau calon guru menyusun program semester/caturwulan atau pun persiapan mengajar untuk suatu pokok bahasan, terlebih dahulu ia harus menguasai bagaimana cara merumuskan tujuan, alat evaluasi, bahan, cara mengajar serta mendia/alat
Ada bebarapa prinsip yang mendasari pengajaran;
1.      Rumpun psikologi mental
Rumpun teori ini disebut psikologi mental kerena menurut pandangan ahli psikologi, individu atau siswa mempunayi kekuatan atau kemampuan yang bersifat mental atau rohaniah.
2.      Rumpun Psikologi Behaviorisme.
Rumpun psikologi ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan behavior, yaitu tingkah laku atau prilaku yang dapat diamati dan diukur. Rumpun psikologi ini bersifat molecular atau unsuriah, karena memandang kehidupan individu manusia tediri atas unsure-unsur seperti halnya molekul-molekul.
3.      Psikologi Medan
Psikologi Medan atau field Theory, pada prinsipnya sama dengan Gestalt, menekankan keseluryhan dan keterpaduan. Menurut teori ini individu selalu dalam suatu medan atau suatu lapangan lapangan (yaitu lapangan fenomenal atau lapangan psikologis). Dalam medan ini ada suatu tujuan yang dicapai individu, tetapi untuk mencapai selalu ada hambatan. Individu memiliki suaytu dorongan atau motif dan berusaha untuk mengatasi hambatan. Apabila individu berhasil mencapai tujuan.

 Ada hal-hal pokok dalam proses belajar-mengajar
1.      Interaksi Belajar-Mengajar
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dan siswa. Dalam interaksi ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan belajar-mengajar ini bukan merupakan dua hal yang terpisahkan tetapi bersatu, dua hal yang menyatukan adalah interaksi tersebut.
2.      Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Siswa.
Seperti telah di uraikan sebelumnya bahwa dari sudut siswa, pengajaran berarti belajar. Belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai-nilai siswa, baik kemampuan intelektual, social, afektif, maupun psikomotor.
3.      Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Guru
Kegiatan belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak bias dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar.
Dari uraian diatas dapat dilihat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Program Pengajaran yaitu Kurikulum khususnya GBPP, menjadi acuan utama di dalam penyusunan atau perencanaan suatu program perencanaan suatunprogram pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal-hal penting yang juga perlu diperhatikan.
a.       Kurikulum
Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum terutama GBPP-nya. Dalam GBPP telah tercantum tujuan instruksional, pokok bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut.
b.      Kondisi Sekolah
Perencanaan program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama tersedianya sarana-prasarana, dan alat bantu pelajaran.
c.       Kemampuan dan Perkembangan Siswa
Dalam menyusun atau merencanakan program pengajaran komponen siswa juga perlu perhatian. Untuk mengatasi variasi kemampuan siswa, maka guru perlu menggunakan metode atau bentuk kegiatan mengajar yang bervariasi.
d.      Keadaan Guru
Keadaan dan kemampuan guru sesumgguhnya tidak perlu menjadi hal yang perlu diperhatikan, sebab guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan dengan pelaksaan pendidikan dan pengajaran. Kalu pada suatu saat ia memiliki kekurangan, ia dituntut untuk segera belajar/meningkatkan dirinya. Bagi guru-guru yang pengalaman pengajajarannya masih sangat sedikit, kekurangan kemampuan pada guru juga perlu diperhatikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stratifikasi Sosial

Stratifikasi Sosial Pengertian Stratifikasi Sosial Kata Stratifikasi berasal dari bahasa latin, Stratum;  yang berarti tingkatan dan ...