Perencanaan Pengajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Permasalahan
Satu mata kuliah juga merupakan bagian dari kurikulum suatu lembaga
pendidkan,yang mempunyai peran atau kedudukan tertentu dalam pendidikan
tersebut. Perencanaan pengajaran termasuk kelompok mata pelajaran proses belajar-mengajar
yang membahas prinsip-prinsip dan cara-cara merencanakan pengajaran suatu mata
pelajaran atau pokok bahasan tertentu.
Setiap kegiatan selalu berisi tiga langkah persiapan, perencanaan, dan
pengajaran, dan evaluasi. Persiapan atau perencanaan merupakan langkah awal
dari suatu kegiatan, berisi berbagai upaya mempersiapkan apa yang akan
dilaksanakan. Sesuai dengan besar kecilnya kegiatan serta kegiatan serta
kebiasaan atau cara orang mengerjakannya, ada rencana yang dilakukan dengan
cepat, sepintas, dan tanpa rencana tertulis, tetapi ada pula perencanaan yang
membutuhkan waktu lama, pengerjaan yang seksama oleh banyak orang dan
didokumentasikan secara tertulis.
Sehubungan dengan apa yang telah
masalah dipaparkan diatas, maka melalui Laporan Buku ini penulis ingin membahas
beberapa permasalahan yang erat kaitannya dengan perencanaan pengajaran,yaitu:
1.
Bagaimanakah bentuk program perencanaan
pengajaran yang harus dilakukan oleh pendidik atau guru?
2
Prinsip dan teori yang bagaimankah yang menjadi
dasar dalam pengajaran?
3.
Apakah hal-hal pokok dalam proses belajar
mengajar?
Semua pertanyaan atau permasalahan tersebut akan
dipecahkan melaui pembahasan buku “Perencanaan Pengajaran” karya R. Ibrahim dan
Nana Syaodih S, terutama melaui pembahasan dari Bab dan Sub-bab yang berkaitan
dengan permasalah tersebut.
Buku karya R. Ibrahim dan Nana Syaodih S ini tebalnya adalah 139 halaman merupakan buku
edisi revisi dan cetakan ketiga tahun 2010. Buku ini membahas secara detail dam
mendalam mengenai pendekatan, teori dan prinsip yang mendasar dalam perencanaan
pengajaran.
B.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan Laporan Buku (book report) ini diharapkan dapat
menjawab semua permasalahan yang telah dikemukakan dalam bagian pendahuluan di
atas dan kemudian menjadikannya sebagai suatu yang dapat memperkaya pengetahuan
penulis tentang bagaimana menjadi seorang guru yang professional yang mampu
mendidik dan mengajar peserta didik dan mengantarkannya ke masa depan yang
bermakna.
Disamping itu tujuan penulisan laporan Buku ini adalah untuk memenuhi
tugas perkuliahan semester VIII (delapan) tahun akademik 2010/2011dalam mata
kuliah curriculum development yang dibimbing oleh Prof.Dr.Syafruddin Nurdin,
M.Pd.
BAB II
MATERI POKOK YANG DIBAHAS
A.
Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pengajaran termasuk kelompok mata pelajaran proses
belajar-mengajar yang membahas prinsip-prinsip dan cara-cara merencanakan
pengajaran suatu mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu. Setiap kegiatan
selalu berisi tiga langkah persiapan, perencanaan, dan pengajaran, dan
evaluasi. Persiapan atau perencanaan merupakan langkah awal dari suatu
kegiatan, berisi berbagai upaya mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan.
Sesuai dengan besar kecilnya kegiatan serta kegiatan serta kebiasaan atau cara
orang mengerjakannya, ada rencana yang dilakukan dengan cepat, sepintas, dan
tanpa rencana tertulis, tetapi ada pula perencanaan yang membutuhkan waktu
lama, pengerjaan yang seksama oleh banyak orang dan didokumentasikan secara
tertulis.
Pengajaran merupakan suatu kegiatan atau upaya membantu para siswa
mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan dalam suatu bidang
tertentu. Kegiatan pengajaran tidak sederhana berjala-jalan atau membeli
sepatu, walaupun tidak sekompleks membangun sebuah kota, tetapi kegiatan ini
membutuhkan perencanaan yang seksama dan dibuat secara tertulis. Secara garis
beasr, perencanaan pengajaran mencangkup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan apa
yang dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang digunakan untuk
menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan
disampaikan, bagaimana cara menyampaikan bahan, serta media atau alat apa yang
akan diperluakan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran tersebut.
Tujuan-tujuan
tersebut adalah:
a. Para mahasiswa mengusai
konsep-konsep dasar proses belajar-mengajar serta beberapa teori dan prinsip
yang mendasari proses belajar-mengajar.
b. Para mahasiswa mengusai
konsep-konsep perencanaan pengajaran, yang meliputi konsep perumusan
tujuan-tujuan pengajaran, penentuan cara dan alat evaluasi, penetuan materi,
dan kegiatan belajar-mengajar, serta media/alat pengajaran.
c. Para mahasiswa mampu
menyusun rencana pengajaran baik yang terjangka agak panjang (satu caturwulan)
maupun yang berjangka pendek (beberapa jam pelajaran).
Tujuan-tjuan di atas dapat dijadikan pedoman dan criteria umum oleh para
mahasiswa dalam menilai penguasaan bahan perkuliahan ini.
Perencanaan pengajaran memberikan konsep-konsep dasar serta
ketentuan-ketentuan praktis tentang cara menyusun rencana atau persiapan
mengajar serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran.
Sebelum seorang guru atau calon guru menyusun program semester/caturwulan atau
pun persiapan mengajar untuk suatu pokok bahasan, terlebih dahulu ia harus
menguasai bagaimana cara merumuskan tujuan, alat evaluasi, bahan, cara mengajar
serta mendia/alat
B. Teori Dan Prinsip- Prinsip Yang Mendasari
Pengajaran
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dan siswa. Dalam interaksi
tersebut guru melakukan kegiatan yang disebut mengajar, sedangkan siswa
melakukan kegiatan yang disebut belajar. Oleh karena itu, interaksi guru dengan
siswa dalam pengajaran ini disebut juga dengan proses belajar mengajar. Banyak
macam cara atau bentuk pengajaran yang biasa digunakan oleh guru-guru didalam
kelas seperti pengajaran yang menekankan latihan, hapalan, pengulangan,
pemahaman dan sebagainya. Cara atau bentuk pengajaran, bersumber dari teori
atau konsep psikologi tertentu.
Ada bebarapa
prinsip yang mendasari pengajaran;
1.
Rumpun Psikologi Mental
Rumpun teori ini disebut psikologi mental kerena menurut pandangan ahli
psikologi, individu atau siswa mempunayi kekuatan atau kemampuan yang bersifat
mental atau rohaniah. Dalam rumpun ini ada 3 teori psikologi yang terkenal dan
banyak berpengaruh terhadap pelaksanaan pengajaran, yaitu;
a. Psikologi daya
Menurut psokologi daya, individu atau siswa memiliki sejumlah daya atau
kekuatan, seperti daya mengindera, mengenal, mengingatt, menanggap, menghayal,
berfikir, merasakan, menilai dan berbuat.daya- daya itu dapat dikembangkan
melalui latihan, seperti latihan mengamati benda, gambar, mendengarkan bunyi
dan suara, mengingat kata, arti kata, dan letak sesuatu kota dala peta.
Latihan- latihan ini dilakukan melalui berbagai bentuk pengulangan. Dalam
pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga,, guru-guru banyak menggunakan
metode ini.
b. Psikologi Tanggapan
Teori kekuatan mental yang lain adalah psikologi tanggapan atau
vorstellungen. Karena pengembangan teori ini adalah sorang ahli psikologi
berasal dari jerman bernama herbart, maka psikologi ini disebut juga
Herbatisme. Herbart menyebutkan teorinya sebagai vorstellungen, yang dapat
diterjemahkan sebagai tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Sitiap
pengalaman, apakah diterima melalui penglihatan, pendengaran, peradaban,
dibaca, dipikirkan, dilakukan, dan sebagainya. Akan memberikan bekas didalam
didalam kesadaran. Bekas-bekas ini dapat dimunculkan kembali dalam bentuk
tanggapan. Ada 3 bentuk tanggapan, yaitu: impresi, indra, tanggapan,atau
bayangan dari inpresi indra yang lalu, dan perasaan yang menyertai impresi atau
tanggapan tersebut, seperti senang atau tidak senang.dalam pelaksanaan
pengajarannya, guru yang menggunakan metode mengajar tanggapan, memilih dan
menyusun bahan ajaran secara sederhan, menyajikan secara menarik, dan
berulang-ulang, kait-mengait antara yag satu dengan yang lain.
c. Psikologi Naturalisme
Romantik.
Teori ini berasal dari Jean J.Rousseau. Menurut Rousseau anak memiliki
potensi atau kekuatan atau potensi yang masih terpendam, yaitu potensi
berfikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang, mencari, dan
menemukan senidiri apa yang diperlukannya. Melalui berbagai bentuk kegiatan dan
usaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Berbeda
dengan teori-teori lain, menurut Rousseau anak tidak usah terlalu banyak diatur
dan diberi, biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab menurut
dia anak dapat berkembang sendiri.
2.
Rumpun Psikologi
Behaviorisme.
Rumpun psikologi ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan
behavior, yaitu tingkah laku atau prilaku yang dapat diamati dan diukur. Rumpun
psikologi ini bersifat molecular atau unsuriah, karena memandang kehidupan
individu manusia tediri atas unsure-unsur seperti halnya molekul-molekul. Ada
beberapa cirri dari rumpun psikologi ini, yaitu:
·
Mengutamakan unsure-unsur atau bagian-bagian kecil
·
Bersifat mekanistis
·
Menekankan peranan lingkungan
·
Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
·
Menekankan pentingnya latihan.
Ada 3 teori
belajar yang terpenting dalam rumpun psikologi behaviorisme ini, yaitu:
1) Psikologi Asosiasi
Psikologi asosiasi atau koneksionisme merupakan teori yang paling awal
dari rumpun behaviorisme. Menurut psikologi ini tingkah laku individu tidak
lain dari suatu hubungan antara rangsangan dengan jawaban stimulus-respons.
Belajar adalah pembentukan stimulus-respons sebanyak-banyaknya.siswa yang
mengusai hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan atau
latihan. Dengan demikian teori ini memiliki banyak persamaan dalam cara
mengajarnya dengan teori Psikologi Daya atau Herbatisme. Keduanya menekankan
latihan dan ulangan-ulangan.
2) Psikologi Conditioning
Psikologi conditioning, merupakan perkembangan lebih lanjut dari
koneksionisme. Menurut teori ini belajar merupakan suatu upaya untuk
mengkondisikan pembentukan suatu prilaku atau respons terhadap sesuatu.
Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk
kantor, belajar, bekerja, bertegur sapa dengan orang lain, dan sebagainya,
terbentuk karana pengkondisian. Mengajar menurut teori ini merupakan kebiasaan,
mengulang-ngulang suatu perbuatan sehingga menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini
tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi juga oleh stimulus
peserta.
3) Psikologi Penguatan
Psikologi penguatan atau Operant Conditioning, juga merupakan
pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan conditioning. Kalau pada
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulus, sedangkan pada teori
penguatan yang dikondisi atau yang diperkuat adalah responsnya.
3.
Rumpun Psikologi Kognitas
Gestalt
Rumpun kognitif gestalt bersifat molar atau menekankan keseluruhan yang
terpadu. Menurut para ahli teori ini, alam, kehidupan manusia, berprilaku
manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu perpaduan. Ada 3 teori yang
terkenal dalam rumpun ini, yaitu:
1. Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt berkembang di Jerman dengan pendiri utamanya adalah Max
Wherterimer. Perkataan Gestalt dalam bahasa Jerman berarti suatu konfigurasi,
pola, kesatuan, atau keseluruhan. Psikologi Gestalt memang prinsip utamanya
memekankan keseluruahn atau perpaduan. Keseluruhan lebih dari jumlah
bagian-bagian. Suatu keseluruhan membentuk suatu kesatuan yang bermakna.
Menurut teori Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhanbaru kemudian
kepada bagian-bagian. Dalam belajar, siswa harus mampu menangkap makn dari
hubungan antara bagian satu dengan yang lainnya. Penangkapan makna hubungan
inilah yang disebut memahami, mengerti atau insight. Teori Gestalt sangat
menekankan insight. Ada suatu hokum yang sangat terkenal dalam teori Gestalt
yaitu hokum Pragnanz yang kurang lebih berarti,”teratur, seimbang, atau
harmonis”. Belajar merupakan upaya untuk mencari dan menemukan Pragnanz,
keteraturan, keharmonisan, dari sesautu yang dipelajari. Untuk menemukan
prananz
Menurut Ernest
Hilgard ada 6 ciri dari belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:
·
Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar
·
Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu
·
Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi
·
Pemahaman didahului oleh usaha-usaha coba-coba
·
Belajar dengan pemahaman dapat diulangi
·
Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi opemahaman situasi
lain.
2. Psikologi Kognitif
Teori ini lebih menekankan pada proses mengetahui (knowing), yaitu
mengemukakan cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat
dalam upaya mencari dan menemukan pengetahuan. Psokologi kognitif mempunyai
hubungan erat dengan psikologi Gestalt sebab menekakan proses mental terutama proses berfikir. Pemahaman atau insight
juga merupakan proses berfikir. Teori ini tidak mengabaikan prilaku, sebab
prilaku merupakan proses berpikir. Individu atau siswa mempunyai struktur
mental atau organisasi mental (mental structure or mental organization),
pengetahuan-pengetahuan yang telah memiliki rangsangan-rangsangan/pengetahuan
yang baru diterima, disatukan atau diorganisasikan dalam struktur mental
tersebut. Salah satu struktur mental tersebut adalah struktur kognitif. Menurut
teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan
sesuatu. Anak memiliki kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menggunakan
pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar-mengajar, anak mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mancari, dan menemukan fakta,
menganalisis, membuat interpretasi serta menarik kesimpulan.
Psikologi
kognitif berbeda dengan Behaviorisme yang memandang moral sebagai upaya untuk
berpikir dalam menilai apakah sesuatu perbuatan baik atau jahat. Perkembangan
moral berkenaan dengan perluasan atau peningkatan struktur organisasi nilai
(bagian dari structural mental) pada seseorang untuk mengambil
keputusan-keputusan moral.
3. Psikologi Medan
Psikologi Medan atau field Theory, pada prinsipnya sama dengan Gestalt,
menekankan keseluryhan dan keterpaduan. Menurut teori ini individu selalu dalam
suatu medan atau suatu lapangan lapangan (yaitu lapangan fenomenal atau
lapangan psikologis). Dalam medan ini ada suatu tujuan yang dicapai individu,
tetapi untuk mencapai selalu ada hambatan. Individu memiliki suaytu dorongan
atau motif dan berusaha untuk mengatasi hambatan. Apabila individu berhasil
mencapai tujuan. Maka ia masuk kedalam medan atau lapangan fenomenal baru yang
di dalamnyanterbentuk tujuan baru dengan hambatan-hambatan baru dan motif yang
baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk
kemedan berikutnya.
Dalam merencanakan suatu pengajaran, menurut teori Medan, tujuan harus
dipilih yang bermakna bagi siswa dan dirumuskan sejelas mungkin. Bahan dan
tugas-tugas harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Disamping penggunaan
strategi dan media belajar yang tepat, motivasi dan pembimbingan siswa memegang
peranan penting dalam meningkatkan upaya belajar siswa.
4.
Prinsip-Prinsip Pengajaran
Ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum
diantaranya:
a) Prinsip Perkembangan
Siswa yang diajar di kelas sedang berada dalam proses perkembangan, dan
akan terus berkembang. Sehubungan dengan perkembngan ini maka kemampuan anak
pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-beda. Anak pad jenjang usia
atau kelas yang lebih tinggi, memiliki kemampuan lebih tinggi dari yang di
bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru hendaknya
memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-kemampuan anak tersebut.
Perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan ada yang
lambat. Seorang guru hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu
saat seorang siswa belum memperlihatkan kemajuan dan kemajuannya sangat lambat.
b) Prinsip Perbedaan Individu
Tiap orang mahasiswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan
menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya masing-masing juga berbeda.
Dengan demikian adalh wajar apabila setiap siswa memiliki ciri tersendiri. Guru
perlu mengerti benar tentang adanya keragaman cirri-ciri siswa ini. Baik di
dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalm memberikan tugas dan
bimbingan, guru hendaknya menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut.
Dalam model pengajaran berprogram atau modul, penyesuaian pelajaran dengan perbedaab
individu ini sepenuhmya dapat dilakukan, karena cara belajar individual. Dalam
pengajaran yang bersifat klasikal, seperti yang umumnya dilaksanakan di
sekolah-sekolah, penyesuian pelajaran dengan perbedaan individu ini terbatas
sekali.
Pengajaran yang bersifat klasikal ini dapat disempurnakan dengan
cara-cara sbb:
·
Dalam belajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi
belajar-mengajar yang bervariasi.
·
Hendaknya digunakan alat dan media dalam pengajaran.
·
Hendaknya guru memberikan bantuan dan bimbingan khusus kepada
anak-anak yang lambat atau kurang pandai.
·
Hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada
anak-anak yang pandai untuk mengimbangi kepandaiannya.
·
Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan
kemampuan siswa.
c) Minat Dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri.anak di kota
berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak desa, di daerah pantai berbeda
dengan pegunungan. Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.walau pun hamper tidak mungkin
menyesuaikan pengajaran minat dan kebutuhan setiap siswa, sedapat mungkin
perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Pengajaran
perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab
timbulnya perhatian. Sesuatu yamg menarik minat dan kebutuhan anak, akan
menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam
belajar.
d) Aktivitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar.
Dalam pengajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar.
Agar siswa berperan sebagi pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya
merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar.
Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas
yang di kerjakan hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam
perkembanhannya, serta bermanfaat bagi masa depannya. Metode-metode yang banyak
mengaktifkan siswa, diantaranya adalah metode: diskaveri, inkuiri, eksperimen,
demonstrasi pemechan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.
e) Motivasi
Motif atau busaa disebut juga dorongan atau kebutuhan merupakan sesatu
tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk
berbuat mencapai suatu tujuan. Motif memiliki peranan yang cukup besar didalam
upaya belajar. Ada beberapa upaya yang dilakukan guru untuk membangkitkan
belajar para siswa:
·
Menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi
·
Memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa
·
Memberikan sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik
kelas.
·
Memberikan kesempatan untuk sukses.
·
Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
·
Adakan persaingan sehat.
C.
Beberapa Hal Pokok Dalam
Proses Belajar-Mengajar
Agar pelaksanaan pengajaran berjalan efesien dan efektif maka
diperlakukan perencanaan yang tersusun secara sistematis, dengan proses
belajar-mengajar yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta dirancang
dalam suatu scenario yang jelas.
1. Interaksi Belajar-Mengajar
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dan siswa. Dalam interaksi
ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan
belajar-mengajar ini bukan merupakan dua hal yang terpisahkan tetapi bersatu,
dua hal yang menyatukan adalah interaksi tersebut.
Interaksi belajar-mengajar di sekolah, merupakan interaksi berencana.
Secara umum, yang meenjadi rencana pengajarannya adalah kurikulum, sedangka
secara khusu rencana pengajaran ini adalah Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) dan satuan Satuan Pelajaran.
2. Proses Belajar-Mengajar
Ditinjau dari Sudut Siswa.
Seperti telah di uraikan sebelumnya bahwa dari sudut siswa, pengajaran
berarti belajar. Belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai-nilai siswa, baik kemampuan
intelektual, social, afektif, maupun psikomotor.
a. Macam-macam Keterampilan
Intelektual
Gagne (1970), membedakan macam-macam belajar, dari keterampilan
intelektual yang terkandung didalamnya. Ia mengemukakan 8 tipe keterampilan
intelektual dalam belajar, yaitu:
§ Belajar tanda-tanda atau
signal learning
§ Belajar hubungan
stimulus-respons
§ Belajar mengusai rangkaian
hal.
§ Belajar hubungan verbal
§ Belajar membedakan atau
discrimination learning
§ Belajar konsep-konsep
§ Belajar aturan/hokum atau
rule learning
§ Belajar memecahkan masalah
atau problem solving learning
b. Belajar Menerima, Menghafal,
Diskaveri, dan Bermakna.
Ausuble dan Robinson (1969), mengemukakan adanya 4 macam belajar menerima
dengan lawannya belajar diskaveri, dan menghapal dengan lawannya dan belajar
bermakna.
c. Belajar di Sekolah dan di
Luar Sekolah
Kegiatan-kegiatan belajar yang diutarakan pada uraian dapat berlangsung
di sekolah, dan dapat pula di luar sekolah.
d. Belajar Secara Klasikal,
Kelompok, dan Individual
Kegiatan belajar dapat berlangsung secara klasikal, kelompok, maupun
individual. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau mengahapal
pada umumnya diberikan secara klasikal. Kegiatan belajar yang lebih
mengaktifkan siswa berlangsung secara kelompok atau individual.
e. Belajar Teori atau Praktek.
Apa yang dipelajari oleh siswa dapat berkenaan dengan suatu teori, tetapi
dapat juga menyangkut kegiatan praktek. Dalam kegiatan belajar yang bersifat
praktek umumnya para siswa belajar
secara aktif, bukan saja aktif secara jasmaniah tetapi juga secara rohaniah,
belajar tidak hanya bersifat menerima tetapi juga memberi atau berbuat, tidak
menghapal tetapi menangkap arti.
3.
Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Guru
Kegiatan belajar-mengajar, memang merupakan dua hal
yang tidak bias dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru
mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar.
a.
Mengajar Secara Ekspositori
Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori,
adalah:
§
Metode Ceramah
Dalam pelaksanaan mengajar, guru menceramahkan atau
menyampaikan bahan ajaran sesuai dengan sistematika yang telah disusun. Untuk
memperjelas bahan, guru dapat memberikan contoh-contoh atau menerangkan dengan
alat peraga.
§
Metode Demonstrasi
Metode ini dapat digunakan sebagai metode mengajar
tersendiri untuk mengajarkan sesuatu bahan ajaran yang memerlukan peragaan,atau
sebagai metode pelengkap dari metode ceramah. Hal-hal yamg akan
didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa hendaknya dituliskan secara
rinci didalam rencana pengajaran.
b.
Mengajar dengan Mengaktifkan Siswa.
Beberapa halnya dengan kegiatan mengajar yang bersifat
ekspositori, dalam pelaksanaan kegiatan mengajar mengaktifkan siswa, guru tidak
begitu banyak melakukan aktivitas.
§
Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab dapat dilaksanakan secara klasikal
maupun secara kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan
siswa. Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru ataupun buku-buku sumber.
Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru hendaknya tercantum rencana
pengajaran.
§
Metode Diskusi
Metode diskusi banyak persamaannya dengan tanya-jawab.
Perbedaan utamanya terletak pada hal yang dibahas serta cara pembahasannya.
§
Metode Pengamatan dan Percobaan.
Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan,
keduanya berisi kegiatan pengamatan atau observasi. Perbedaannya terletak pada
objek yang diamati.
§
Metode Mengajar Kelompok
Metode mengajar kelompok atau secara singkat disebut
metode kelompok, adalah suatu cara mengajar yang menekankan aktivitas belajar
siswa dalam bentuk kelompok.
§
Metode Latihan
Penggunaan metode latihan cukup luas, seperti latihan:
pemecahan soal, olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja,
dan lain-lain.
§
Metode Pemecahan Masalah
Merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena
metode ini mencoba melihat dan memecahkan”masalah yang cukup kompleks” dan
menuntut/mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
§
Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas bukan diajukan untuk menghukum atau
mempersulit siswa, tetapi memperjelas, memperkaya, memperdalam bahan yang
diberikan di kelas.
D.
Program
Pengajaran dan Perencanaan
Perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai
pengajaran di sekolah dasar dan dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep
teknologi pendidikan, khususnya pengajaran sebagi system.
A. Pengajaran Sebagai Suatu
Sistem
Konsep Pengajarn
Sebagai Suatu Sistem.
Pengajaran
sebagai suatu system merupakan suatu pendekatan mengajar yang menekakan
hubungan sistematik antara berbagai komponen dalam pengajaran.
Hubungan
sistematik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran
sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk
satu-kesatuan.
B. Perencanaan Program
Pengajaran
Pelaksanaan
program pengajaran benar-benar harus sesuai dengan yang telah di rencanakan
(perencanaan program pengajaran).
a. Program Untuk Jangka Waktu
Agak Panjang.
Berdasarkan
kurikulum 1984, di SLTP dan SLTA digunakan system/program belajar semester,
sedang SD tetap digunakan system/program caturwulan satu. Kalau dalam program
belajar semester satu tahun ajaran terbagi atas dua semester, maka dalam
program caturwulan satu tahun terbagi atas tiga caturwulan. Perbedaan pembagian
waktu belajar ini sudah tentu didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
b. Program untuk Jangka Waktu
Singkat
Untuk pegangan
mengajar didalam kelas. Dari program caturwulan ini masih perlu dijabarkan lagi
program-program untuk masih perlu dijabarkan lagi program-program untuk jangka
pendek, misalnya program untuk setiap pokok/satuan bahasan.
C. Beberapa Hal Yang Perlu
Diperhatikan dalam Perencanaan Program Pengajaran
Kurikulum khususnya GBPP, menjadi acuan utama di dalam penyusunan atau
perencanaan suatu program perencanaan suatunprogram pengajaran, namun kondisi
sekolah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal-hal
penting yang juga perlu diperhatikan.
a. Kurikulum
Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama
yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum terutama GBPP-nya. Dalam GBPP
telah tercantum tujuan instruksional, pokok bahasan serta jam pelajaran untuk
mengajarkan pokok bahasan tersebut.
b. Kondisi Sekolah
Perencanaan program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah,
terutama tersedianya sarana-prasarana, dan alat bantu pelajaran.
c. Kemampuan dan Perkembangan
Siswa
Dalam menyusun atau merencanakan program pengajaran komponen siswa juga
perlu perhatian. Untuk mengatasi variasi kemampuan siswa, maka guru perlu
menggunakan metode atau bentuk kegiatan mengajar yang bervariasi.
d. Keadaan Guru
Keadaan dan kemampuan guru sesumgguhnya tidak perlu menjadi hal yang
perlu diperhatikan, sebab guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam segala
hal yang berkenaan dengan pelaksaan pendidikan dan pengajaran. Kalu pada suatu
saat ia memiliki kekurangan, ia dituntut untuk segera belajar/meningkatkan
dirinya. Bagi guru-guru yang pengalaman pengajajarannya masih sangat sedikit,
kekurangan kemampuan pada guru juga perlu diperhatikan.
BAB III
PEMBAHASAN
dan KESIMPULAN
Perencanaan
pengajaran memberikan konsep-konsep dasar serta ketentuan-ketentuan praktis
tentang cara menyusun rencana atau persiapan mengajar serta melaksanakan
pengajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran. Sebelum seorang guru atau
calon guru menyusun program semester/caturwulan atau pun persiapan mengajar
untuk suatu pokok bahasan, terlebih dahulu ia harus menguasai bagaimana cara
merumuskan tujuan, alat evaluasi, bahan, cara mengajar serta mendia/alat
Ada bebarapa prinsip yang
mendasari pengajaran;
1. Rumpun psikologi mental
Rumpun teori ini disebut psikologi mental kerena menurut pandangan ahli
psikologi, individu atau siswa mempunayi kekuatan atau kemampuan yang bersifat
mental atau rohaniah.
2. Rumpun Psikologi
Behaviorisme.
Rumpun psikologi ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan
behavior, yaitu tingkah laku atau prilaku yang dapat diamati dan diukur. Rumpun
psikologi ini bersifat molecular atau unsuriah, karena memandang kehidupan
individu manusia tediri atas unsure-unsur seperti halnya molekul-molekul.
3. Psikologi Medan
Psikologi Medan atau field Theory, pada prinsipnya sama dengan Gestalt,
menekankan keseluryhan dan keterpaduan. Menurut teori ini individu selalu dalam
suatu medan atau suatu lapangan lapangan (yaitu lapangan fenomenal atau
lapangan psikologis). Dalam medan ini ada suatu tujuan yang dicapai individu,
tetapi untuk mencapai selalu ada hambatan. Individu memiliki suaytu dorongan
atau motif dan berusaha untuk mengatasi hambatan. Apabila individu berhasil
mencapai tujuan.
Ada hal-hal pokok dalam proses
belajar-mengajar
1. Interaksi Belajar-Mengajar
Pengajaran
berintikan interaksi antara guru dan siswa. Dalam interaksi ini, guru melakukan
kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan belajar-mengajar ini bukan
merupakan dua hal yang terpisahkan tetapi bersatu, dua hal yang menyatukan
adalah interaksi tersebut.
2. Proses Belajar-Mengajar
Ditinjau dari Sudut Siswa.
Seperti telah di
uraikan sebelumnya bahwa dari sudut siswa, pengajaran berarti belajar. Belajar
merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap
serta nilai-nilai siswa, baik kemampuan intelektual, social, afektif, maupun
psikomotor.
3.
Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Guru
Kegiatan belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak bias
dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau
guru mengajar agar siswa belajar.
Dari uraian diatas dapat dilihat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam Perencanaan Program Pengajaran yaitu Kurikulum khususnya GBPP, menjadi
acuan utama di dalam penyusunan atau perencanaan suatu program perencanaan
suatunprogram pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar, kondisi
siswa dan guru merupakan hal-hal penting yang juga perlu diperhatikan.
a. Kurikulum
Dalam perencanaan
atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu mendapat
perhatian adalah kurikulum terutama GBPP-nya. Dalam GBPP telah tercantum tujuan
instruksional, pokok bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok
bahasan tersebut.
b. Kondisi Sekolah
Perencanaan
program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama
tersedianya sarana-prasarana, dan alat bantu pelajaran.
c. Kemampuan dan Perkembangan
Siswa
Dalam menyusun
atau merencanakan program pengajaran komponen siswa juga perlu perhatian. Untuk
mengatasi variasi kemampuan siswa, maka guru perlu menggunakan metode atau
bentuk kegiatan mengajar yang bervariasi.
d. Keadaan Guru
Keadaan dan
kemampuan guru sesumgguhnya tidak perlu menjadi hal yang perlu diperhatikan,
sebab guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan
dengan pelaksaan pendidikan dan pengajaran. Kalu pada suatu saat ia memiliki
kekurangan, ia dituntut untuk segera belajar/meningkatkan dirinya. Bagi
guru-guru yang pengalaman pengajajarannya masih sangat sedikit, kekurangan
kemampuan pada guru juga perlu diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar